Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
1998
pindah negara ke yang asli?
@
Kalau pindah ke negara yang asli biaya hidupnya pakai uang asli ya? Nanti pungutan-pungutan buat anak sekolah kita asli juga dong Mas
dalam segala kepalsuan selalu ada cahaya sejati,
dan itulah yang mesti dicari mas
jikalau kita benar-benar mencintai kesejatian
semoga ini bukan komentar palsu
salam kenal ya
saya suka puisinya
@
Kepalsuan memang indah, tapi ada ujar-ujar klasik yang mengatakan bahwa: semulia-mulianya orang yang palsu, lebih mulia mereka yang eling dan waspada
seperti apa pun palsunya kita…
masih ada yang tak pernah palsu…
hati!!!
ya…disanalah ada sebuah asli sesungguhnya..
tinggal..apakah kita punya hati???
@
betul. jangan biarkan siapapun memalsukan yang satu itu
percaya deh pak komentar saya ini tidak PALSU
“bagus pak”
Sumpah, Jon ti baheula ente geus kacutat dina hate jadi sobat sajati urang. Tapi pikeun ente, urang mah meureun sakadar sobat palsu, meureun.
saya dengar puisi ini dibacakan oleh mas feri dalam acara international youth conference dan saya jatuh cinta. bukan pada mas feri nya, juga bukan pada pak agus, tapi pada puisi ini. kereeeeeeeeeeeeeeen….
aku suka.dan ini bukan pujian palsu.hehehe. sukses ya….
Luar biasa Pak
ini adalah puisi yang ekspresionist dan layak untuk menjadi kaca bagi kita semua (terutama bagi para penyelenggara negara ) apakah kita semua menyelenggarakan kegiatan yang asli atau palsu ya ?
kepalsuan yang indah…
kepalsuan. mungkin demikianlah gaya persajakan Agus, meski sekarang dia tambah hebat gak karu-karuan karena akrabnya dengan puisi-puisi Jerman. soal sajak palsunya itu, aku begitu terkesan dan kupikir memang benarlah demikian keadaan kita. namun, jujur saja, saya merasa kehilangan metafor-metafor dan kemilau kata yang sederhana dari sajak-sajak Agus sejak tahun-tahun 95-an, getaran kata tidak lagi seindah dan semurni ketika ia menulis “kitapun terbatuk-batuk/seperti alamat nasib buruk”. Bagaimana kawan-kawan? Bagaimana Kawan Agus? Apa perlu kita sama-sama berkenalan dengan Prajurit Jatiman?
salam sukses dari anak bugis…sukses karya
Bahkan kentut pun terkadang palsu. Salam untuk ‘Sajak Palsu’-nya Mas. Kapan-kapan saya ingin bertukar sapa dengan Sampeyan. Mohon bimbingan untuk mencari dan membikin tulisan palsu. Tabik -Leo-
say mo tanya, saya belum terlalu mengerti apa maksud sajak ini? trus sebenarnya nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sajak ini itu apa? tolong ya mas. sebelumnya matur thank you
mau tanya donk arti puisi ini apaan?
soalnya saya ada tugas memparafrasekan puisi milik anda…..
tolong di balas
makasih
wah…
bukannya sajak palsu tu tu milik Lek Sutardji?
mas agus kempat kalinya kita bertemu tapi yang pertama lewat layar monitor ini.
oh ya saya seorang guru bahasa Indonesia yang pernah ikut MMAS, Aprisda, dan SBSB di SMA 1 Semarang. ingat kan? sajak palsu kubaca di pensi tahun lalu. tapi aku tersudut oleh teman-teman. gara-gara kata-katamu yang “membuat nilai palsu” uh beragam komentar meluncur. tapi gak tahu apa karena satire anda ataukah emang benar-benar nilai palsu?. mohon dukungan ku lagi belajar bersastra lewat blog. mohon ditengok walau sepuluh detik saja. terimaksih. kapan ke semarang saya tunggu kedatanganmu di SMA N 1 Boja. salam tuk pak Agus S, teman-teman Horison dan pak Taufiq.
Emg siWh di Ind0nesia penUh dgn kepALsuan. ABz smW haL Yg paLsu kdg Lbh enAk dbdg mUrni ASLI
qta da g sadar sama hidup yg sebenernya skeliling qta
CUMA PALSU,PALSU,DAN PALSU………..
punya web wordpress kok g bilang2
Salam,
Pak Agus, perkenalkan, saya seorang mahasiswa yang “mencintai” seni kepenulisan puisi. maka itu, ada beberapa hal sangat penting
yang ingin saya sampaikan pada Pak Agus, dan mungkin sifatnya lebih
tertutup atau pribadi daripada forum untuk umum sebagaimana
yang disediakan di alamat Pak Agus ini.
Oleh karena itu, saya mengharapkan agar kiranya Pak Agus bersedia
memberi tahu alamat email Pak Agus, agar dapat saya kirimkan
sebentuk surat yang menyangkut hal yang saya singgungkan di atas.
Atas Perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
,
Wassalam
Didi Arsandi
puisi ini sangat pas dengan keadaan di bumi indonesia ini,menggambarkan sebuah kepalsuan dan kepalsuan semakin menyindrome di negara ini.
thx bapak agus telah mengingatkan para pemalsu-malsu di negara kita ini,smoga mereka tobat…..hahahahah!
ketika membaca “Sajak Palsu” anda ini, saya seperti mendapat jawaban dari zaman millenium ini. di mana semuanya serba instant dan begitu cepat. sehingaa kalu seseorang menjadi seniman, dia menjadi seniman yang nanggung, penyanyi yang nanggung atau apa saja. tapi pada dasarnya adalah sebuah proses yang tidak lagi dijalankan. sehingga salah satu akibatnya adalah sastra yang peminatnya setiap tahun selalu berkurang.
“dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru….”
sudah pasti, yang namanya murid pada umumnya mengikuti si guru yang berjanji palsu. dan mungkin dia juga adalah guru yang palsu pula…
membaca “sajak palsu”, saya merasa diri saya juga palsu…
Pertamakali saya denganr sajak ini pada penutupan diklat cakep di P4TK Bandung, dan terimaksih, semoga ke depan segala kepalsuan dapat kita rubah
Beb, sukses sll.
first time,,, aku membacakan puisi sajak palsu ini ketika aku masih kelas 2 smp,,,
Masih awam,,,
Jadi dulu masih gk ngeh maksud dr puisiny,,, aku hanya tertarik akan keindahan kata ‘palsu’ yg tepat dsematkan
—
Kelas 2 sma,, akhirnya aku sadar akan keajaiban kata2 dari puisi itu,
Sangat bermakna, apalagi stlh mendengar langsung puisi tersebut dari mulut pengarangnya sendiri saat beliau datang mengunjungi sekolahku,, hhe3
mantap….
kadang kita juga beriman pada tuhan2 palsu,yang diajarkan ulama2 palsu yang cuma ngerti ajaran2 palsu,,,,,ah,dunia memang palsu.
thanx
Salam kenal mas agus…..sajaknya bagus sekali….saya mohon izin utk memasang sajaknya pada “wall facebook” saya,dg harapan agar selalu saya baca sendiri dan dibaca oleh orang lain.mdh2an bermanfaat…
halo mas, saya suka banget sajaknya, saya minta izin naro di postingan saya, berhubung banyaknya teman-teman saya yang berbuat curang saat UN kemaren. mudah-mudahan menyadarkan mereka
Ikutan komentar terakhir dari YOYO …saya ingin mampangin juga di Blog saya mas ….
http://romahamzani.wordpress.com
Puisinya bagus ….sayang saya belum bisa membacanya di depan orang banyak cz waktu itu saya gagal masuk ke babak berikutnya karena ….salah strategi …..
Keren!
i love it!
Pak, makasih ya, kemarin udah mau nyempetin baca “Sajak Palsu” di Auditorim Ged IX FIB UI.
Baru pertama baca (dr buku pnjeman Perpus skoLah) Lgsg suka.unik tapi mengeNa banget.
Saya salut dengan puisi “Sajak Palsu” ini, penuh makna,cerdas dengan nilai estetika yang tinggi, cuma satu yang saya kurang setuju “ibu guru” ganti saja dengan dosen, bukannya dosen yang banyak begitu? anak sekolah ganti dengan anak kuliah, bukankah itu lebih realitas? klo anak sekolah masih lugu dan ga begitu ngerti dengan nilai sogokan
setuju, tapi sebetulnya yang saya maksud dengan guru adalah para pengajar, terutama guru sedang (dosen) dan guru besar. Dan anak sekolah, tentu saja semua anak yang bersekolah, termasuk mahasiswa. Sajak ini adalah persembahan saya buat para guru yang tidak palsu.
terima kasih dan salam selalu.
ars
ok deh klo gtu, sebetulnya saya ngerti yg tersirat pada sajak itu cuma pengen “orang besar” yang mesti digigit lg, yg kecil dah pada terpuruk pa. Kita tunggu sajak berikutnya, slamat berkarya
sajak yang tak pernah jenuh kubaca berkali-kali ……
jadi inget Rima waktu bacain puisi ini di DKC
^_^
wah asyik dah pernah bawain puisi ini, jadi pengen…
pancaran cahaya yang terpancar dari karya ini tidak palsu
membangkitkan semangat palsu menjadi tidak palsu
untuk menjadi seniman yang tak palsu
amiin…
moal cape dijamin maca naskah puisi ieu mah
Hatur nuhun
Sent from my iPad
Saya ingat, ini puisi yang saya baca ketika masih SMA dulu, hmm… waktu acara bengkel sastra atau pas kunjungan dari para sastrawan ya?
Saya punya banyak kenangan dengan puisi ini 🙂
Salam kenal pak.,puisinya bagus skali..saya minta izin ya pak buat posting di facebook..Trima kasih.
sampailah aku ini komentar pun komentar palsu…. ekekek wkwkwkw karena di dunia ini semua palsuuuuuuuuuuuuuuuuu
no comment jadinya.. 🙂
pernah kami baca waktu SMA sebagai pembukaan pagelaran Aming Aminudin.
benar-benar bergizi…
Kalau semuanya asli mana bisa rakyak di negeri ini hidup .
smuaY palsuuuuuuuuuuuuuuuu…………..
P-A-L-S-U….. BeautyfuL!!!!!!!!!! 🙂
salah satu sajak yg dimiliki bangsa indonesia……..
luar biasa…
dulu waktu SMA saya sering puisi2 pak agus sarjono ini…
sekarang baru nemu blognya…
Ini puisi yang paling saya suka dari puisi-puisi yg sudah saya baca sebelumnya. Pertama kali saya baca puisi ini waktu kelas 1 SMA sekitar tahun 2005 kalau tidak salah. Baru sekarang tau Pak Agus punya blognya 😀 LIKE THIS LIKE THIS.
Mas Agus Puisinya izin di monologkan buat ngisi acara disekolah
Mas Agus yth.,
Saya mendengar puisi anda pertama kali ketika dibacakan oleh Ayah Edi dalam acara “Indonesian’s strong from home” di SMART FM pada minggu ketiga bulan Juni 2010. Dengan ini saya minta ijin untuk menyebarkan puisi anda kepada anak-anak pengajian saya yang kebetulan bekerja sosial sebagai guru yang membimbing aneka mata pelajaran di lingkungannya sendiri.
Semoga Mas Agus selalu sukses di dunia dan akhirat. Amin.
Terima kasih.
Pak, Tolong donk jelasin apa Maksud dari puisi bapak, yang Berjudul ” Sajak Palsu ”
Karena saya ingin mengetahui maksud sebenarnya dari puisi tersebut
Mendengarkan istri saya membacakan puisi ini, melatih adiknya yg esok kan lomba di UNSIL, wah rasanya merinding sekali.
wo.w…………………….
keren………………………
wow makasih
hmm…
moga yg merasa bisa merubah sikapnya ya om……………………………
Semoga saja, semoga saja
Salam kenal pak.,puisinya sanagt tajam sekali..saya minta izin ya pak buat posting di millis……Trima kasih.
Okee, sip
Sent from my iPad
Aduh….jangan jangan kita dilahirkan sebagai manusia Palsu…
kang agus! kepalsuan di negara kita, memang sudah merambah berbagai aspek kehidupan. saya teringat dengan puisi ini karena pernah menyimak ketika dibacakan salah seorang anak didik saya, lalu mencarinya di dunia maya. tidak sulit ternyata. mengapa saya teringat?karena saya sedang sangat merasa berada dalam lingkaran kepalsuan dan saya ada didalamnya. lelah ketika kita berjuang memerangi kepalsuan ditengah-tengah orang yang palsu!
untuk ibu/ bapak ruslimah, tidak perlu membatasi guru itu dosen, karena saya merasakan dan melihat serta dipaksa berbuat palsu. saya katakan di atas lelah, karena saya harus terus berada dalam pusaran kepalsuan yang tidak henti-hentinya mengalir deras. mohon doa agar saya bisa tetap bertahan.
Buat siapapun yang berjuang melawan kepalsuan, terus berjuang, lelah adalah bumbu penambah nikmat perjuangan. InsyaAllah, Allah merestui perjuangan kita dengan terus menguji kekuatan dan ketabahan kita.
salam kenal mas Agus. Ijin ngutip puisinya nggih untuk blog saya. i like it.
tolong di tambahkan dengan sastrawan palsu yg selalu membuat karya karya palsu
ijin share pa !!!…sebuah kepalsuan..berbuah kemunafikan…indah, nyelekit
Silaken, silaken
permisi saya mau share ke Facebook ya
pertama kali denger puisi ini dalam SBSB di SMPN 5 bandung baru baru ini saya sebagai orang awam puisi sangat menyukai puisi ini dan jadi tertarik untuk mengenal puisi lebih dalam
terimakasih pak Agus
aku bacakan puisi ini waktu reuni di sekolah, semua guru dan temanku, memberikan ekspresi yang berbeda…
it’s my favorite poem. . .
teringat aku yang ddulue,,,,,
sewaktu di atas panggung,,hehehhe
ijin share gan…
saat ini saya lagi dengar langsung dari maesto sastra indoensia, dalam acara Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra MMAS….senin ke rabu..cepat kali rasanya….
Saya terkesan dengan anda, semoga studi di luar negerinya sukses.
Trims berat
bagus sekali puisinya, bisa menjadi bahan renungan…
🙂
Makasih dan salam
good. penuh dengan inspirasi.
mkasih untuk puisinya.. tapi aku ragu nyampaiin ini puisi keguru… tkut guru.nya slah fham 😀
bagus !
puisi paling kerren yg oernah aq baca..
terima kasih atas komentar palsunya yang cool itu. salaaammm
puisinya,,,,bagus banget…
kalau boleh..buatin 1 lagi donk…
buat aku bacain….dpan guru…guru aku
puisinya bagus bnget…klu bisa buatin satu lagi…pak/…
saya ingin membacakan di dpan guru guru saya…
terimakasih
Rasanya baca yang ini buat beliau2 pun cukup he he
puisinya mengena bgt,,meski diksinya lugas, tp lgsg tertancap dalam
klu diparafrasekan kira2 jdnya bgmn ya??
he he coba saja
Assalamualaikum pak…
saya mendapatkan tugas dari mata kuliah apresiasi sastra untuk mencari teman dari kalangan sastrawan ….
mau kah bapak agus menjadi teman saya…??
Tentu
Sent from my iPad
terima kasih pak…
yang lain bersandiwara, gue apa adanya
assalamualaikum pak
saya mahasiswa PBSI Unindra, mungkin bapak masih ingat bapak pernah menjadi bintang tamu dalam seminar bahasa oktober 2011 di TMII. di sana saya pertama kali melihat bapak, dan saya merasa senang bisa melihat bapak secara langsung, dan bisa mengetahui sosok bapak, hehe
Salam hangat ya, semoga bisa saling bertemu
ars
ass…….
puisinya cukup bagus banget…
Saya seorang guru. Memang benar dan sangat nyata apa yang ditulis dalam Sajak Palsu. Saya sendiri terjebak oleh nilai-nilai palsu yang saya berikan kepada siswa, karena tuntutan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)…
siip banget sajaknya,emang itulah karakter dunia saat ini….salam PUNK!!!
Ijin kopi, pak. dulu saya mendengar PUISI waktu bapak ngisi sastrawan bertanya siswa menjawab di wonosobo, waktu saya masih SMA, tahun 2000 kalau gak salah. ijin copy pak. bagus pak, makanya saya mencarinya kembali hari ini. salam…
yah…. tuk smntara indonsia rayaku terwakili oleh “sajak palsu”, insya allah pada saatnya yang teriris kepalsuan akan taubat nasuha, semoga……
Sekolah bukan wajib belajar,..inilah kepalsuan
Diksi yang bagus.
Suatu susunan kalimat dengan bahasa yang indah dan dalam maknanya.
tiktomo
oplosan yok! jos ah
pas banget… tadi pagi saya dan teman teman koreksi nilai UJIAN SEKOLAH, karena ingin anak2 lulus, nilai2 itu dikonversi (diubah) – > (baca: dipalsukan)… persis kaya puisi ini, 🙂
Karena sesuatu dimulai dari (hal) yang kecil.
Sajak Palsu, yang menurutku berisi tentang keadaan di negeri ini.
Sajak palsu sungguh bagus,
Kalimat”nya juga menyentuh.
Kepalsuan merajalela dan,sistemik.mari kita putus rantai kepalsuan,di mulai dari diri kita sendiri. Ini *Asli* keluar dari hati,pulsa hasil keringat sendiri.
pertama kali saya dengar sajak Palsu, hati saya bergetar seolah-olah berteriak untuk mematahkan rantai kepalsuan yang ada,semoga kita tidak menjadi seorang guru yang palsu dan jadilah manusia yang Asli, bukan manusia palsu.
keren,jatuh cinta aku sma puisi ini,,
eitsss tpi ini beneran lo,,tidak plsu
jangan2 qt manusia palsu?
Benar sekali, mengingatkan bahwa dunia yang kita tinggali ini penuh dengan kepalsuan. 😯
Miris atas kepalsuan dunia ini
asslmkum mas agus, saya seorang kepala smp negeri, saya menyukai puisi ini, semoga tidak ada lagi kepalsuan di negeri tercinta ini, amin
kalau ada yang palsu pasti ada yang asli, begitu sebaliknya. <as Agus sekedar mengingatkan agar jangan menjadi orang yang palsu dalam bersikap, berbuat, bertingkah laku, berusahalah untuk menjadi asli walapupun itu sukar, pahit, getir. Barakallahufikum
Maaf. Maksut saya Mas Agus, bukan as Agus
Assalamu’alaikum pak Agus. Salam kenal dan semoga bapak sekeluarga sehat sentosa. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada bapak, karena bapak telah melahirkan ‘sajak palsu’ yang amat luar biasa hebatnya. Semoga segala hal yang bapak tulis dapat memberikan manfaat serta perubahan yang baik untuk kita semua. Aamiin.. 🙂🌻🙏